Minggu, 06 Juni 2010

Pengantar Ilmu Komunikasi

Komunikasi Massa

Komunikasi massa memiliki banyak definisi menurut beberapa orang ahli yang berbeda. Menurut Bittner (1980: 10) definisi komunikasi massa secara sederhana yaitu “Mass communication is messeges communicated through a mass medium to a large number of people ” (Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang). Selanjutnya adalah definisi komunikasi massa menurut Maletze (1963) “unter Massenkomunikation verstehen wir jene Form der Kommunikation, bei der Aussagen offentlich durch technische Verberaitungsmittel indirekt und einseitig an ein disperses Publikum” (komunikasi massa kita artikan setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar). Da[pet diisimpulkan bahwa komunikasi massa adalah ssuatu jenis komunikasi yang diajukan kepada khalayak dalam jumlah besar dan tersebar melalui suatu media cetak atau elektronik (tidak secara langsung) sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan bersamaan.

Secara teknis komunikasi massa mempuntai 4 tanda pokok (menurut Elizabeth-Noelle Neuman, 1973:92) yaitu:

1) bersifat tidak langsung (harus melewati media teknis)

2) bersifat satu arah (tidak ada komunikasi antara peserta-peserta komunikasi)

3) bersifat terbuka (ditujukan kepada publik yang tidak terbatas dan anonim)

4) mempunyai public yang secara geografis tersebar.

PENERAPAN ALIRAN PSIKOLOGI BEHAVIORISTIK DALAM KOMUNIKASI MASSA

Behavioristik adalah salah satu aliran psikologi yang menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat di ukur, dilukiskan, dan diramalkan. Belakangan, teori kaum behavioris lebih dikenal dengan nama teori belajar karena menurut mereka seluruh perilaku manusia kecuali instink adalah hasil belajar.

Behaviorisme tidak mempersoalkan apakah manusia tersebut baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan.

Behavioristik dalam penerapan komunikasi massa dilakukan melalui media massa.

Dalam hal ini terdapat contoh di televisi dan media surat kabar terdapat kampanye siaran penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar maka berangsur-angsur penggunaan bahasa Indonesia oleh masyarakat semakin baik.

Hal ini dapat dikatakan bahwa melalui siaran televisi dan surat kabar tersebut berhasil mempengaruhi masyarakat untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Efek kehadiran media massa secara sepintas juga telah menyebutkan efek behavioral seperti pengalihan kegiatan dan penjadwalan pekerjaan sehari-hari dan yang paling sering di bicarakan ialah efek komunikasi massa pada perilaku social yang diterima (efek prososial behavioral) dan pada perilaku agresif.

PENERAPAN ALIRAN PSIKOLOGI PSIKOANALISIS DALAM KOMUNIKASI MASSA

Psikoanalisis merupakan aliran dalam psikologi yang mempelajari sebab-sebab perilaku manusia pada dinamika jauh di dalam dirinya, yaitu pada alam bawah sadar(masa lalunya/longterm memory). Menurut Sigmund Freud, perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga subsistem dalam kepribadian manusia yaitu Id, Ego dan Superego.

Id bergerak berdasarkan prinsip kesenangan (pleasure principle) ingin segera memenuhi kebutuhannya. Bersifat egoistis, tidak bermoral dan tidak mau tau dengan kenyataannya.

Ego adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Ia bergerak berdasarkan prinsip realitas (reality principle)

Superego adalah polisi kepribadian mewakili yang ideal. Superego adalah hati nurani (conscience) yang merupakan Internalisasi dan norma-norma social dan cultural masyarakat.

Secara tidak sadar media massa berperan membentuk kepribadian seseorang. Diduga orang yang berpendidikan rendah jarang membaca surat kabar, tetapi sering menonton televisi. Eksekutif dan kaum bisnis cenderung menyukai rubric niaga dalam surat kabar/majalah. Kelompok menengah cenderung menyukai acaara pendidikan, berita dan informasi

Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media.

Aliran Psikologi Humanistik

Tokoh : MURRAY, ROGERS, MASLOW

Muncul sebagai reaksi terhadap behavioristik dan psikoanalisis, keduanya dianggap telah mereduksi manusia sebagai mesin atau mahkluk yang rendah.

Logoterapi dalam humanistic memandang manusia sebagai totalitas yang terdiri dari tiga dimensi : fisik, psikologis, dan spiritual.

Dalam dimensi spiritual, yang disebut Frankl sebagai noos, yang mengandung semua sifat khas manusia, seperti keinginan kita untuk member makna orientasi tujuan kita, kreatifitas kita, imajinasi kita, intuisi kita, visi kita akan menjadi apa, kemampuan kita untuk mencintai yang visio-psikologis, kemampuan mendengarkan hati nurani kita di luar kendali super ego. Selera humor kita. Di dalamnya juga terkandung pembebasan diri kita atau kemampuan untuk melangkah ke luar dan memandang diri kita, dan transenden diri atau kemampuan untuk menggapai orang yang kita cintai atau mengejar tujuan yang kita yakini.

Dalam dunia spirit, kita tidak dipandu, kita adalah pemandu, pengambil keputusan.

Penerapan aliran psikologi humanistik sebagai komunikasi persuasif dalam komunikasi massa.

Teori konsistensi :

Memandang manusia sebagai makhluk yang dihadapkan pada berbagai konflik. Konflik itu mungkin terjadi di antara beberapa kepercayaan yang di milikinya dan dalam menentukan pilihan.

Misalnya : dalam kepercayaan yang dimilikinya, bahwa merokok itu merusak kesehatan atau merokok itu membantu proses berfikir. Tetapi dalam suasana konflik, manusia resah dan berusaha mendamaikan konflik itu dengan sedapat mungkin mencari kompromi. Kompromi diperoleh dengan rasionalisasi (“tetapi rokok yang saya hisap sudah disaring filter”). Dalam hubungan ini, komunikasi massa mempunyai potensi untuk menyampaikan informasi yang menggoncangkan kestabilan psikologis individu. Tetapi pada saat yang sama, karena individu mempunyai kebebasaan untuk memilih isi media, media massa memberikan banyak peluang untuk memenuhi kebutuhan akan konsistensi. Dan jika dibandingkan dengan komunikasi interpersonal, komunikasi media massa kadang-kadang lebih efektif, karena melalui media massa orang menyelesaikan persoalan tanpa terhambat oleh gangguan.

Teori atribusi :

Memandang individu sebagai psikolog amatir yang mencoba memahami sebab-sebab yang terjadi pada berbagai peristiwa yang dihadapinya.

Kita semua memiliki banyak teori tentang peristiwa-peristiwa. Kita senang bila teori-teori ini “terbukti” benar. Komunikasi massa memberikan validasi atau pembenaran pada teori kita dengan penyajian realitas yang disimplikasikan, dan disarkan stereotip. Media massa sering menyajikan kisah-kisah yang menujukkan bahwa yang jahat selalu kalah dan kebenaran selalu menang. Beberapa kelompok yang mempunyai keyakinan yang menyimpang dari norma yang luas dianut masyarakat akan memperoleh validasi dengan membaca majalah atau buku dari kelompoknya. Orang-orang lesbian atau homoseks yakin perilakunya bukanlah penyimpangan karena membaca buku dan majalah yang mendukungnya

Teori kategorisasi :

Memandang manusia sebagai makhluk yang selalu mengelompokkan pengalamannya dalam kategorisasi yang sudah di persiapkannya

Contoh : ilmuwan yang berhasil karena kesungguhannya, pengusaha yang sukses karena bekerja keras, dan proyek-proyek pembangunan yang menyejahterakan rakyat adalah contoh-contoh yang memperkokoh prakonsepsi bahwa bekerja keras, kesungguhan, dan usaha melahirkan manfaat.

Teori otonomi :

Melihat manusia sebagai makhluk yang berusaha mengaktualisasikan dirinya sehingga mencapai identitas kepribadian yang otonom. Dalam kerangka teori ini, kepribadian manusia berkembang melewati beberapa tahap sampai ia memiliki makna hidup yang terpadu. Secara sepintas, komunikasi massa tampaknya sedikit sekali memuaskan kebutuhan humanistic ini. Acara televisi atau isi surat kabar tidak banyak membantu khalayak untuk menjadi orang yang mampu mengendalikan nasibnya. Tetapi dengan mengikuti peristiwa-peristiwa yang actual yang terjadi di eluruh dunia, orang mungkin merasa ikut serta dan terlibat dalam hal-hal yang lebih besar daripada dirinya. Pegetahuan yag disajikan memberikan ilusi kekuasaan. Hal-hal factual yang disajikan media mengembangkan minat individu dan memberikan tema yang bersifat memadukan berbagai gejala dan kesempatan untuk beridentifikasi dengan gerakan yang mengatasi peristiwa-peristiwa personal.

Contoh : pahlawan-pahlawan dalam cerita-cerita televise atau noel memberikan acuan kepada kita untuk mengembangkan diri kita. Seorang wanita muda menjadi ibu yang baik dengan melihat tokoh ibu ideal dalam drama televisi; seorang penyandang cacat merasa optimis terhadap masa depannya dengan membaca kisah penyandang cacat yang berhasil dalam hidupnya.

PENERAPAN ALIRAN PSIKOLOGI TRANSPERSONAL DALAM KOMUNIKASI MASSA

Istilah transpersonal pada awalnya dipakai oleh Carl Gustav Jung dalam bahasa Jerman, yakni “uberpersnolich” (transpersonal), dimana merupakan bentuk ketidaksadaran kolektif yang dimiliki oleh semua orang dari berbagai ras yang diwariskan dari generasi ke generasi. Dalam ketidaksadaran kolektif terdapat contoh, seperti ide tentang Tuhan (yang beberapa di antaranya berkaitan dengan pengalaman-pengalaman spiritual). Gagasan utama dari psikologi transpersonal adalah dengan mencoba melihat manusia selaras pandangan religius, yakni sebagai makhluk yang memiliki potensi spiritual. Jikapsikoanalisis melihat manusia sebagai sosok negatif yang dijejali oleh pengalaman traumatis masa kecil, behaviorisme melihat manusia layaknya binatang, humanistik bepijak atas pandangan manusia yang sehat secara mental, maka psikologi transpersonal melihat semua manusia memiliki aspek spiritual, yang bersifat ketuhanan.

Berikut merupakan contoh penerapan aliran psikologi transpersonal dalam komunikasi massa:

Siaran adzan Magrib di seluruh radio dan televisi di Indonesia menjadi pengingat bagi umat muslim di Indonesia untuk melaksanakan shalat magrib sesuai waktu yang ditetapkan masing-masing daerah. Sehingga pada saat melaksanakan shalat manusia dapat berinteraksi dengan Tuhan.

Film-film religi yang syarat makna dan mengandung pesan-pesan keagamaan yang diputar di seluruh bioskop di Indonesia membawa dampak perubahan kehidupan religi orang yang menontonnya.

Pemberitaan munculnya aliran-aliran sesat di negara kita yang diberitakan melalui surat kabar membuat para pembaca lebih waspada dan semakin meningkatkan kehidupan spiritualnya dengan benar sesuai dengan ajaran yang benar menurut ajaran agama yang` dianutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar